- Kehilangan Kendaraan di Pasar Tanggung Lumajang, Penyelidikan Polisi Sedang Berlangsung
- Pentingnya Menanamkan Semangat Gotong Royong Melalui Kegiatan Pramuka bagi Pelajar Lumajang
- Peningkatan Fasilitas Alun-Alun dengan Anggaran Miliaran Rupiah Dilakukan Kembali
- Perubahan Alun-Alun Tingkatkan Kenyamanan dan Keakraban untuk Semua Kalangan di Kota Lumajang
- Skema Honor Guru Non-NIP dan Guru Ngaji di Lumajang Disiapkan, Koordinasi dengan Pemkab Terus Berlanjut
- Harapan Terbentuknya Kebanggaan Masyarakat Lumajang Melalui Alun-Alun Baru
- Pekerjaan Rehabilitasi Alun-Alun Lumajang Berjalan Lancar Tanpa Mengganggu Aktivitas PKL CFD dan CFN
- Pengaturan Arus Lalu Lintas di Labruk Kidul Dilakukan untuk Mencegah Kecelakaan
- Program Optimasi Pemasaran Produk UMKM Dilaksanakan di Desa Sumberejo oleh Mahasiswa ITB Widya Gama Lumajang
- Aksi Pencurian Mobil Pickup di Kunir Lumajang Terekam CCTV
Jebakan Pemahaman setelah Mukasyafah

Berikut ini pemahaman yang banyak sekali orang terjebak setelah mukasyafah :
Amal Sholeh = Mukasyafah
1. Amal sholeh dianggap hakikat dari sholat, padahal sholat lah hakikat dari amal sholeh. Hal ini dipahami bahwa Nabi Muhammad SAW mendapat perintah sholat saat isra' mi'raj.
2. Seiring tersebarnya informasi dengan cepat, banyak informasi tentang tulisan pengalaman mistik seorang sufi, dan pengalaman tersebut dipahami dengan terburu - buru, seorang sufi yang bertemu mursyid dan menyempurnakan penyembahannya bertahun tahun akhirnya menghasilkan pengalaman mistik yang dituliskan secara langsung atau tidak. Sedangkan seseorang yang baru mukasyafah membaca hasil dari pengalaman mistik tersebut kebanyakan merasa dirinya setara atau merasa dirinya mengalami pengalaman sufi tersebut, padahal dia hanya mengamalkan kuncinya saja dan belum mendalaminya.
3. Seiring mudahnya informasi yang didapatkan, banyak orang berbicara secara mempesona dengan kata kata yang diluar nalar dari sebuah pengalaman sufi / spiritualis agama lain yang tidak dialami oleh dirinya sendiri tetapi dia berkata seolah olah dia mengalami hal tersebut, sehingga pernyataan orang tersebut menuai kontroversi di kalangannya atau di masyarakat umum serta menjadikan dirinya berhenti belajar.
4. Kebanyakan seseorang yang sudah memiliki pengalaman mistik, tidak bisa menahan gejolak eforia nya sehingga mengumbar rahasia itu kepada orang lain dalam rangka memberi makan nafsunya. Hal itu terjadi agar dianggap lebih utama di mata orang lain dengan kata lain terdapat ujub halus dalam diri, lengkap dengan dalih pembenarannya.
5. Bagi yang sudah terlanjur merasa dirinya sudah mempunyai maqom yang tinggi akan selalu mencari kesalahan dalam berargumen dari seseorang yang masih menjajaki jalan spiritualnya mulai awal. Hal itu terjadi juga karena untuk mempertahankan sifat ujub halus yang terdapat dalam dirinya.
6. Mereka yang terlanjur merasa maqom nya tinggi akan dihukum oleh Allah dengan berhentinya pemahaman sampai disitu saja sampai dia mengakui ketidakmampuannya dan menjajaki jalan spiritualnya mulai dari awal.
7. Ciri ciri orang yang merasa maqomnya tinggi tidak mempunyai cara atau solusi secara lengkap terhadap lawan bicaranya, karena selama ini dia hanya berfokus terhadap bangga diri dalam dirinya.
Semoga kita senantiasa memperbaiki penyembahan kita.. Aamiin..
Baca Artikel Lainnya :