- Siap Menjadi Agen Perubahan, Peran Duta Kamtibmas dari Kalangan Generasi Muda Lumajang
- Kegiatan Edukasi Keselamatan Berkendara Dilaksanakan di SMPN 1 Sukodono oleh Satlantas Polres Lumajang
- Patroli Malam Ditingkatkan untuk Mengurangi Gangguan Lalu Lintas di Wilayah Lumajang
- Tahlil Peringatan KH Imron Anis Digelar di Ponpes Al Afkar dengan Kehadiran Kapolres Lumajang
- Doa Bersama Mengenang Tragedi Kanjuruhan Digelar di Lumajang
- Penghargaan IPSI Diberikan pada Hari Kesaktian Pancasila kepada Sejumlah Anggota Kepolisian Lumajang
- Penanaman Disiplin Lalu Lintas Dilakukan Sejak Usia Dini di Lumajang
- Penangkapan Pelaku Pencurian Sapi Berhasil Dilakukan Dalam Waktu Kurang Dari 24 Jam Di Lumajang
- Peninjauan Dapur Program Makan Bergizi Gratis Dilakukan di Lumajang oleh Forkopimda
- Pengukuhan Dewan Pengawas RSUD dr Haryoto dengan Penekanan pada Inovasi dan Profesionalisme
Jebakan Pemahaman setelah Mukasyafah

Berikut ini pemahaman yang banyak sekali orang terjebak setelah mukasyafah :
Amal Sholeh = Mukasyafah
1. Amal sholeh dianggap hakikat dari sholat, padahal sholat lah hakikat dari amal sholeh. Hal ini dipahami bahwa Nabi Muhammad SAW mendapat perintah sholat saat isra' mi'raj.
2. Seiring tersebarnya informasi dengan cepat, banyak informasi tentang tulisan pengalaman mistik seorang sufi, dan pengalaman tersebut dipahami dengan terburu - buru, seorang sufi yang bertemu mursyid dan menyempurnakan penyembahannya bertahun tahun akhirnya menghasilkan pengalaman mistik yang dituliskan secara langsung atau tidak. Sedangkan seseorang yang baru mukasyafah membaca hasil dari pengalaman mistik tersebut kebanyakan merasa dirinya setara atau merasa dirinya mengalami pengalaman sufi tersebut, padahal dia hanya mengamalkan kuncinya saja dan belum mendalaminya.
3. Seiring mudahnya informasi yang didapatkan, banyak orang berbicara secara mempesona dengan kata kata yang diluar nalar dari sebuah pengalaman sufi / spiritualis agama lain yang tidak dialami oleh dirinya sendiri tetapi dia berkata seolah olah dia mengalami hal tersebut, sehingga pernyataan orang tersebut menuai kontroversi di kalangannya atau di masyarakat umum serta menjadikan dirinya berhenti belajar.
4. Kebanyakan seseorang yang sudah memiliki pengalaman mistik, tidak bisa menahan gejolak eforia nya sehingga mengumbar rahasia itu kepada orang lain dalam rangka memberi makan nafsunya. Hal itu terjadi agar dianggap lebih utama di mata orang lain dengan kata lain terdapat ujub halus dalam diri, lengkap dengan dalih pembenarannya.
5. Bagi yang sudah terlanjur merasa dirinya sudah mempunyai maqom yang tinggi akan selalu mencari kesalahan dalam berargumen dari seseorang yang masih menjajaki jalan spiritualnya mulai awal. Hal itu terjadi juga karena untuk mempertahankan sifat ujub halus yang terdapat dalam dirinya.
6. Mereka yang terlanjur merasa maqom nya tinggi akan dihukum oleh Allah dengan berhentinya pemahaman sampai disitu saja sampai dia mengakui ketidakmampuannya dan menjajaki jalan spiritualnya mulai dari awal.
7. Ciri ciri orang yang merasa maqomnya tinggi tidak mempunyai cara atau solusi secara lengkap terhadap lawan bicaranya, karena selama ini dia hanya berfokus terhadap bangga diri dalam dirinya.
Semoga kita senantiasa memperbaiki penyembahan kita.. Aamiin..
Baca Artikel Lainnya :