- Penangkapan Lima Tersangka Kasus Ganja oleh Satresnarkoba di Lumajang
- Proyek Pembangunan Pasar Agropolitan di Gerbang Wisata Senduro Lumajang Hampir Rampung
- Pelantikan Resmi Indah-Yudha, Janji Mewujudkan Pemerintahan Lumajang Tanpa Korupsi
- Pengaktifan Kembali KUD di Lumajang untuk Memperkuat Perekonomian Desa
- Persiapan Mencetak Generasi Emas oleh Lembaga Parenting di Lumajang
- Aliansi BEM se-Lumajang Protes Program Efisiensi yang Dinilai Tidak Memenuhi Kebutuhan Dasar di DPRD
- Begal Mengintai di Klakah Lumajang Saat Hujan Turun
- Cek Kesehatan Gratis Dimulai di Lumajang, Simak Keuntungannya
- Dukungan Terhadap Penerapan P3K Paruh Waktu di Pemkab Lumajang dari Komisi A DPRD
- Wisuda Akbar Seribu Santri Madin Digelar di Pendopo Arya Wiraraja oleh FKDT Lumajang
Dua Objek Wisata di Lumajang Ini Sempat Viral Kini Sepi Pengunjung

Keterangan Gambar : Dua Objek Wisata di
Lumajang - Kabupaten Lumajang memang memiliki banyak potensi wisata yang luar biasa. Namun, sejumlah objek wisata yang sempat viral dan ramai dikunjungi wisatawan, lambat laun meredup bahkan bisa dibilang mati.
Seperti wisata hutan Siti Sundari di Desa Burno Kecamatan Senduro viral di awal tahun 2020-an. Bahkan, saking viralnya, setiap akhir pekan dan hari libur, lokasi wisata macet karena banyak pengunjung. Wisata Siti Sundari juga dibangun sirkuit MTB Downhill dan banyak jadi tempat latihan atlet di Jawa Timur.
Kawasan Situ Sundari kemudian bermunculan warung-warung dengan berbagai konsep, mulai klasik hingga modern. Namun, seiring berjalannya waktu, wisata Siti Sundari seakan kehilangan pamornya dan meredup hingga tak lagi jadi jujukan wisatawan.
Di awal tahun 2023, wisata Siti Sundari juga tidak lagi ramai pengunjung meski akhir pekan. Bahkan, warung-warung yang awalnya ramai, kini sudah tak lagi buka dan banyak yang rusak karena ditinggalkan pemiliknya.
Tak hanya Siti Sundari, wisata pemaian Sumber Mrutu di Desa Pandansari Kecamatan Kedungjajang juga viral. Bahkan, saking viralnya, wisata pemandian itu sampai buka hampir 24 jam, karena saat malam pengunjung malah semakin banyak datang.
Tak hanya mengusung konsep pemandian, wisata Sumber Mrutu juga mengusung konsep kuliner dengan pamandangan persawahan yang indah pada malam hari. Namun, entah karena faktor apa, tiba-tiba wisata tersebut sepi dan warung-warung dibangun dengan banyak menelan anggaran tersebut menjadi rusak tak terawat.
Saat ini, Sumber Mrutu kembali pada fungsi awal sebagai tempat mandi warga sekitar usai datang dari sawah. Lokasi tersebut juga kembali dijadikan warga untuk tempat cuci baju dan lainnya.
Yuli Harismawati, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang mengakui ada beberpa objek wisata yang sempat viraln namun hanya sesaat. Bukan hanya wisata Siti Sundari di Senduro dan Sumber Mrutu di Pandansari, masih banyak wisata di Lumajang yang sepi pengnjung dan mati.
Yuli melihat, faktor pengelolaan yang menjadi kendala dan harus ada pembenahan. Pihaknya mulai akhir tahun 2022 melakukan pendataan dan pembinaan pada kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di sejumlah daerah yang memiliki potensi wisata.
Memang, sebelum membuat sebuah objek wisata viral dan terkenal, harus dimatangkan tentang kosepnya. Mulai wisata itu milik siapa, siapa yang akan mengelola dan akan menyasar kalangan apa.
Jika pengelolaannya tidak jelas, maka akan menimbulkan konflik pengelolaan dan pasti imbasnya objek wisata tersebut akan mati karena tak ada yang mengelola. Kemudian soal konsepnya, jika konsepnya adalah wisata alam, maka semaksimal mungkin wisata yang digarap harus mempertahankan keasliannya.
Jangan sampai orang datang ke objek wisata karena suka dengan keasriannya, tiba-tiba wisatanya diubah keasriannya. Maka, lambat laun wisata akan ditinggalkan pengunjung karena tak ada lagi yang menarik untuk dikunjungi.
Yuli mencontohkan, jika wisata milik Desa, maka bisa dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Jika wisata tersebut berada di lahan milik perhutani, maka sebelum membanguan atau mengelolanya, harus ada perjanjian kerja sama (PKS) dengan pemilik lahan.
Jika lahan wisata ada yang milik masyarakat, maka harus dibicarakan dengan pemilik lahan tentang pengelolaan dan bagi hasilnya. "Harus matang di konsep dan lembaga pengelolannya," jelas Yuli, Sabtu (18/02/2023).
Pihaknya akan terus melakukan pendampingan pada sejumlah objek wisata yang saat ini hampir mati. Pemerintah akan memberikan saran dan masukan tentang tatakelola yang baik dan benar agar objek wisata bisa terus bertahan dan tetap jadi jujukan wisatawan.(Yd/red)
Artikel ini merupakan hasil ringkasan otomatis yang dihasilkan menggunakan teknologi AI. Kami tidak dapat menjamin keakuratan atau kelengkapan informasi yang disajikan. Kami menyarankan pembaca untuk memverifikasi konten ini dengan sumber yang lebih terpercaya. Kami juga tidak bermaksud jika ada kesamaan nama, tokoh atau instansi yang disebutkan dalam artikel ini. Artikel ini disediakan sebagai sarana belajar dengan tujuan untuk membantu pembaca dalam menganalisis informasi yang solutif.
Baca Artikel Lainnya :
- Keberhasilan Pelaksanaan PKM Internasional di Malaysia
- Aliansi BEM se-Lumajang Protes Program Efisiensi yang Dinilai Tidak Memenuhi Kebutuhan Dasar di DPRD
- Penangkapan Lima Tersangka Kasus Ganja oleh Satresnarkoba di Lumajang
- Pengaktifan Kembali KUD di Lumajang untuk Memperkuat Perekonomian Desa
- Pelantikan Resmi Indah-Yudha, Janji Mewujudkan Pemerintahan Lumajang Tanpa Korupsi