- Penangkapan Lima Tersangka Kasus Ganja oleh Satresnarkoba di Lumajang
- Proyek Pembangunan Pasar Agropolitan di Gerbang Wisata Senduro Lumajang Hampir Rampung
- Pelantikan Resmi Indah-Yudha, Janji Mewujudkan Pemerintahan Lumajang Tanpa Korupsi
- Pengaktifan Kembali KUD di Lumajang untuk Memperkuat Perekonomian Desa
- Persiapan Mencetak Generasi Emas oleh Lembaga Parenting di Lumajang
- Aliansi BEM se-Lumajang Protes Program Efisiensi yang Dinilai Tidak Memenuhi Kebutuhan Dasar di DPRD
- Begal Mengintai di Klakah Lumajang Saat Hujan Turun
- Cek Kesehatan Gratis Dimulai di Lumajang, Simak Keuntungannya
- Dukungan Terhadap Penerapan P3K Paruh Waktu di Pemkab Lumajang dari Komisi A DPRD
- Wisuda Akbar Seribu Santri Madin Digelar di Pendopo Arya Wiraraja oleh FKDT Lumajang
Kemarau Panjang Kerang Lezat Muncul di Watu Pecak Lumajang

Keterangan Gambar : Kemarau Panjang Kera
Lumajang - Saat musim kemarau panjang tiba, banyak warga datang ke Pantai Watu Pecak Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, untuk mencari karangan (sejenis kerang). Warga sekitar menyebutnya dengan karangan sampir.
Warga biasanya mencari karangan saat air laut surut atau warga sekitar menyebutnya pasatan. Dimana, air laut surut dan batu-batu besar terlihat dan banyak karangan yang menempel di bebatuan tersebut.
Yuliana, salah seorang warga sekitar menyatakan bahwa karangan sampir di Watu Pecak muncul saat musim kemarau panjang. Saat turun hujan dan terjadi banjir, karangan sampir akan menghilang atau mati.
Rasa Karangan di Watu Pecak sangat lezat dan sangat laris manis ketika dijual. Bahkan, warga sekitar menyebut Karangan sampir itu hanya ada di Watu Pecak dan sekitarnya saja. Sebagian besar warga datang mencari karangan untuk dikonsumsi sendiri dan ada pula warga datang mencari karangan untuk dijual.
“Kuah karangan ini rasanya lezat, sehingga sangat laris manis saat dijual,” terangnya, Selasa (24/10/2023)
Jika dulu, sebelum karangan laku dijual, Karangan oleh warga sekitar dikeringkan dan air rebusannya dijadikan petis. Namun, setelah Karangan banyak yang suka dan sangat laris dijual, maka tak ada lagi warga yang membuat petis Karangan.
“Dulu biasanya Karangan dikeringkan dan air rebusannya dijadikan petis Karangan,” pungkasnya.(Yd/red)
Artikel ini merupakan hasil ringkasan otomatis yang dihasilkan menggunakan teknologi AI. Kami tidak dapat menjamin keakuratan atau kelengkapan informasi yang disajikan. Kami menyarankan pembaca untuk memverifikasi konten ini dengan sumber yang lebih terpercaya. Kami juga tidak bermaksud jika ada kesamaan nama, tokoh atau instansi yang disebutkan dalam artikel ini. Artikel ini disediakan sebagai sarana belajar dengan tujuan untuk membantu pembaca dalam menganalisis informasi yang solutif.
Baca Artikel Lainnya :
- Keberhasilan Pelaksanaan PKM Internasional di Malaysia
- Jelajah Wisata Lumajang Bersama Komunitas Touring Motor
- Aliansi BEM se-Lumajang Protes Program Efisiensi yang Dinilai Tidak Memenuhi Kebutuhan Dasar di DPRD
- Ketersediaan Gas LPG 3Kg di Lumajang Diterapkan dengan Kebijakan Terbaru
- Penguatan Jaringan KKN di Malaysia oleh STKIP PGRI Lumajang