- Program Makan Bergizi Gratis dari Presiden Prabowo Siap Dijalankan di Lumajang
- Kecelakaan di Wonorejo Lumajang, Tabrakan Terjadi Akibat Dugaan Mengantuk Saat Mengemudi
- Kegiatan Posyandu Dusun Pocok Didampingi oleh Babinsa Sawaran Lor Lumajang
- Warga dan Pemancing Dihimbau Waspada Setelah Penemuan Buaya di Pantai Tempursari
- Apel Siaga Bencana Hidrometeorologi 2025 Digelar di Lumajang
- Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Lumajang oleh KPU Pasca Pilkada 2024
- Rapat Pleno Terbuka KPU untuk Menetapkan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Lumajang
- Peningkatan Patroli Kecelakaan Lalu Lintas oleh Satlantas Polres Lumajang
- Langkah Pemerintah untuk Mengatasi Masalah Ternak yang Terjangkit Penyakit Menular Kepada Manusia (PMK) Ditetapkan di Daerah Terpilih
- Bupati Lumajang Tetapkan Anggaran 3,4 Miliar untuk Pembangunan Infrastruktur Parkir di Pusat Kota
Apakah AI Menjadi Masa Depan Industri Game yang Terjebak Krisis?
The gaming industry is facing a midlife crisis – is AI its future? https://dailyai.com/2024/10/the-gaming-industry-is-facing-a-midlife-crisis-is-ai-its-future/
Keterangan Gambar : Apakah AI Menjadi Ma
Industri Game: Menuju Titik Jenuh dan Kebangkitan Indie
Selama bertahun-tahun, industri game tampak seperti kekuatan yang tak terhentikan, dengan pendapatan yang terus meningkat berkat judul-judul yang semakin imersif dan ledakan game mobile. Namun, memasuki pertengahan 2020-an, tanda-tanda bahwa industri ini mencapai titik jenuh semakin terlihat.
Setelah lonjakan pendapatan akibat pandemi pada 2020 dan 2021, pendapatan global game mengalami penurunan pada 2022. Pertumbuhan yang lesu hanya mencapai 0,5% pada 2023, membawa pasar game dunia sekitar $184 miliar, menurut data dari Newzoo. Meskipun angka ini masih mengesankan, jauh dari pertumbuhan dua digit yang diharapkan.
Penurunan ini lebih terasa di pasar matang seperti Amerika Utara dan Eropa, di mana sektor kunci seperti konsol dan game mobile mendekati saturasi. Pendapatan game mobile, yang sebelumnya menjadi pendorong utama, bahkan mengalami penurunan pada 2022 dan baru mulai stabil.
Sementara itu, biaya pengembangan game AAA terus meroket. Anggaran untuk franchise besar seperti Call of Duty dan Grand Theft Auto kini sering melebihi $300 juta, dengan beberapa judul mendekati biaya pengembangan dan pemasaran gabungan sebesar $660 juta. Hal ini memaksa studio untuk lebih berhati-hati, mengandalkan franchise yang sudah ada dan formula yang terbukti, sehingga inovasi menjadi terabaikan.
Di tengah tantangan ini, pengembang indie mulai menunjukkan dampak yang lebih besar. Pada 2024, game indie menguasai lima dari sepuluh posisi teratas di daftar terlaris Steam. Judul-judul seperti Palworld dan Enshrouded menunjukkan potensi game indie untuk mencapai kesuksesan komersial yang setara dengan rilis AAA.
Sementara itu, kemajuan teknologi AI mulai mengubah lanskap pengembangan game. Alat seperti GameNGen dan DeepMind's Genie menunjukkan bagaimana AI dapat menjadi kekuatan kreatif dalam pengembangan game. GameNGen dapat menghasilkan level permainan klasik secara real-time, sementara Genie dapat menciptakan lingkungan interaktif dari gambar atau deskripsi sederhana.
Dengan AI yang menangani aspek pengembangan, para pengembang dapat lebih fokus pada keputusan kreatif yang lebih tinggi, seperti pengembangan seni dan cerita. Namun, tantangan seperti moderasi konten, hak kekayaan intelektual, dan pembagian pendapatan harus dihadapi.
Dengan teknologi yang terus berkembang, kita dapat mengharapkan lebih banyak contoh AI yang tidak hanya membantu dalam pengembangan game, tetapi juga mengubah secara fundamental apa yang bisa dilakukan oleh game.