- Siap Menjadi Agen Perubahan, Peran Duta Kamtibmas dari Kalangan Generasi Muda Lumajang
- Kegiatan Edukasi Keselamatan Berkendara Dilaksanakan di SMPN 1 Sukodono oleh Satlantas Polres Lumajang
- Patroli Malam Ditingkatkan untuk Mengurangi Gangguan Lalu Lintas di Wilayah Lumajang
- Tahlil Peringatan KH Imron Anis Digelar di Ponpes Al Afkar dengan Kehadiran Kapolres Lumajang
- Doa Bersama Mengenang Tragedi Kanjuruhan Digelar di Lumajang
- Penghargaan IPSI Diberikan pada Hari Kesaktian Pancasila kepada Sejumlah Anggota Kepolisian Lumajang
- Penanaman Disiplin Lalu Lintas Dilakukan Sejak Usia Dini di Lumajang
- Penangkapan Pelaku Pencurian Sapi Berhasil Dilakukan Dalam Waktu Kurang Dari 24 Jam Di Lumajang
- Peninjauan Dapur Program Makan Bergizi Gratis Dilakukan di Lumajang oleh Forkopimda
- Pengukuhan Dewan Pengawas RSUD dr Haryoto dengan Penekanan pada Inovasi dan Profesionalisme
Apakah AI Menjadi Masa Depan Industri Game yang Terjebak Krisis?
The gaming industry is facing a midlife crisis – is AI its future? https://dailyai.com/2024/10/the-gaming-industry-is-facing-a-midlife-crisis-is-ai-its-future/

Keterangan Gambar : Apakah AI Menjadi Ma
Industri Game: Menuju Titik Jenuh dan Kebangkitan Indie
Selama bertahun-tahun, industri game tampak seperti kekuatan yang tak terhentikan, dengan pendapatan yang terus meningkat berkat judul-judul yang semakin imersif dan ledakan game mobile. Namun, memasuki pertengahan 2020-an, tanda-tanda bahwa industri ini mencapai titik jenuh semakin terlihat.
Setelah lonjakan pendapatan akibat pandemi pada 2020 dan 2021, pendapatan global game mengalami penurunan pada 2022. Pertumbuhan yang lesu hanya mencapai 0,5% pada 2023, membawa pasar game dunia sekitar $184 miliar, menurut data dari Newzoo. Meskipun angka ini masih mengesankan, jauh dari pertumbuhan dua digit yang diharapkan.
Penurunan ini lebih terasa di pasar matang seperti Amerika Utara dan Eropa, di mana sektor kunci seperti konsol dan game mobile mendekati saturasi. Pendapatan game mobile, yang sebelumnya menjadi pendorong utama, bahkan mengalami penurunan pada 2022 dan baru mulai stabil.
Sementara itu, biaya pengembangan game AAA terus meroket. Anggaran untuk franchise besar seperti Call of Duty dan Grand Theft Auto kini sering melebihi $300 juta, dengan beberapa judul mendekati biaya pengembangan dan pemasaran gabungan sebesar $660 juta. Hal ini memaksa studio untuk lebih berhati-hati, mengandalkan franchise yang sudah ada dan formula yang terbukti, sehingga inovasi menjadi terabaikan.
Di tengah tantangan ini, pengembang indie mulai menunjukkan dampak yang lebih besar. Pada 2024, game indie menguasai lima dari sepuluh posisi teratas di daftar terlaris Steam. Judul-judul seperti Palworld dan Enshrouded menunjukkan potensi game indie untuk mencapai kesuksesan komersial yang setara dengan rilis AAA.
Sementara itu, kemajuan teknologi AI mulai mengubah lanskap pengembangan game. Alat seperti GameNGen dan DeepMind's Genie menunjukkan bagaimana AI dapat menjadi kekuatan kreatif dalam pengembangan game. GameNGen dapat menghasilkan level permainan klasik secara real-time, sementara Genie dapat menciptakan lingkungan interaktif dari gambar atau deskripsi sederhana.
Dengan AI yang menangani aspek pengembangan, para pengembang dapat lebih fokus pada keputusan kreatif yang lebih tinggi, seperti pengembangan seni dan cerita. Namun, tantangan seperti moderasi konten, hak kekayaan intelektual, dan pembagian pendapatan harus dihadapi.
Dengan teknologi yang terus berkembang, kita dapat mengharapkan lebih banyak contoh AI yang tidak hanya membantu dalam pengembangan game, tetapi juga mengubah secara fundamental apa yang bisa dilakukan oleh game.