Klarna Gunakan AI untuk Kurangi 50% Karyawan
Swedish FinTech company Klarna embraces AI to cut headcount by 50% https://dailyai.com/2024/08/swedish-fintech-company-klarna-embraces-ai-to-cut-headcount-by-50/

By Sang Ruh 29 Agu 2024, 01:04:21 WIB | 👁 23 Programming
Klarna Gunakan AI untuk Kurangi 50% Karyawan

Keterangan Gambar : Klarna Gunakan AI un


Klarna Mengadopsi AI untuk Efisiensi dan Pengurangan Karyawan

Perusahaan fintech asal Swedia, Klarna, yang dikenal sebagai pelopor sistem "beli sekarang, bayar nanti", baru-baru ini mengumumkan rencana untuk memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) guna meningkatkan efisiensi. Dalam proses ini, Klarna berencana mengurangi jumlah karyawan hampir 50%.

CEO Klarna, Sebastian Siemiatkowski, mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan Financial Times bahwa perusahaan menargetkan jumlah karyawan sekitar 2.000, jauh berkurang dari 5.000 karyawan yang dimiliki pada puncaknya. Pengurangan ini sudah dimulai, dengan Klarna memangkas stafnya menjadi 3.800 dalam setahun terakhir, sebagian besar melalui pengunduran diri daripada pemecatan.

Apa yang mendorong Klarna menuju masa depan yang lebih ramping? Jawabannya adalah penerapan solusi AI secara massal, terutama di bidang pemasaran dan layanan pelanggan. Siemiatkowski percaya bahwa dengan menerapkan AI di area tersebut, perusahaan dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan operasionalnya dengan tim yang lebih kecil. “Tidak hanya kami bisa melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit, tetapi kami bisa melakukan jauh lebih banyak dengan lebih sedikit,” katanya kepada FT.

Investasi Klarna dalam AI datang saat perusahaan bersiap untuk IPO yang diharapkan dapat mengembalikan nilai perusahaan yang sempat merosot dari $46 miliar pada 2021 menjadi $6,7 miliar tahun lalu. Klarna berharap untuk menggandakan pendapatan per karyawan dari sekitar $400.000 menjadi $700.000, yang akan menjadi bagian penting dari tawaran mereka kepada investor.

Namun, Siemiatkowski juga mengakui dampak sosial yang lebih luas dari kemajuan teknologi ini. Dalam wawancara dengan BBC, ia menyerukan kepada pemerintah untuk mempertimbangkan cara alternatif untuk mendukung mereka yang terdampak oleh AI, dengan menyatakan bahwa hanya mengandalkan penciptaan pekerjaan baru adalah “terlalu sederhana”.

Kekhawatiran ini sejalan dengan laporan dari Institute for Public Policy Research yang memperingatkan bahwa dalam skenario terburuk, hingga 8 juta pekerjaan di Inggris dapat hilang akibat otomatisasi AI. Laporan tersebut menekankan perlunya kebijakan proaktif untuk mengelola transisi ini dan memastikan distribusi manfaat ekonomi AI yang adil.

Klarna bukan satu-satunya perusahaan yang mencari efisiensi melalui AI. Aplikasi pembelajaran bahasa, Duolingo, baru-baru ini menjadi sorotan karena memecat penerjemah manusia demi alternatif AI, yang memicu kritik di media sosial.

Seiring semakin banyak perusahaan mengintegrasikan AI ke dalam operasi mereka, tantangannya adalah menemukan keseimbangan antara memanfaatkan potensi teknologi dan mengurangi dampak disruptifnya terhadap pekerja. Bagi Klarna, jalan ke depan sudah jelas: memanfaatkan AI, merampingkan operasi, dan memposisikan diri sebagai pemain fintech yang lebih gesit. Seperti yang diungkapkan Siemiatkowski, “Saya sangat senang melihat bahwa ini membuahkan hasil.” Pertanyaannya adalah bagaimana masyarakat secara keseluruhan akan beradaptasi dengan revolusi kerja yang dibawa oleh AI.

View all comments

Write a comment