- Program Makan Bergizi Gratis dari Presiden Prabowo Siap Dijalankan di Lumajang
- Kecelakaan di Wonorejo Lumajang, Tabrakan Terjadi Akibat Dugaan Mengantuk Saat Mengemudi
- Kegiatan Posyandu Dusun Pocok Didampingi oleh Babinsa Sawaran Lor Lumajang
- Warga dan Pemancing Dihimbau Waspada Setelah Penemuan Buaya di Pantai Tempursari
- Apel Siaga Bencana Hidrometeorologi 2025 Digelar di Lumajang
- Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Lumajang oleh KPU Pasca Pilkada 2024
- Rapat Pleno Terbuka KPU untuk Menetapkan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Lumajang
- Peningkatan Patroli Kecelakaan Lalu Lintas oleh Satlantas Polres Lumajang
- Langkah Pemerintah untuk Mengatasi Masalah Ternak yang Terjangkit Penyakit Menular Kepada Manusia (PMK) Ditetapkan di Daerah Terpilih
- Bupati Lumajang Tetapkan Anggaran 3,4 Miliar untuk Pembangunan Infrastruktur Parkir di Pusat Kota
Menyongsong Masa Depan Gaming: Studio dan Pengembang Bersiap Menghadapi Tantangan
The future of gaming: Studios and developers brace for impact https://dailyai.com/2024/10/the-future-of-gaming-studios-and-developers-brace-for-impact/
Keterangan Gambar : Menyongsong Masa Dep
Peran AI dalam Industri Game: Tantangan dan Peluang
Kemajuan teknologi selalu mendorong industri game maju, dari grafik 3D hingga ledakan game mobile. Kini, AI menjadi babak terbaru dalam evolusi ini. Para pengembang game harus menghadapi pertanyaan mendasar: Apa peran pencipta manusia di industri yang didominasi oleh proses berbasis AI?
Sebuah survei oleh Game Developers Conference menunjukkan bahwa 84% pengembang merasa khawatir tentang etika AI generatif, termasuk ketakutan akan penggantian pekerjaan dan pelanggaran hak cipta. Di Gala Technology yang berbasis di Hong Kong, CEO Jia Xiaodong mengungkapkan rasa urgensi, mengatakan, “Setiap minggu, kami merasa akan tereliminasi.” Perusahaan ini bahkan membekukan proyek non-AI dan menawarkan bonus untuk ide inovatif terkait AI.
Di AS, raksasa game seperti Electronic Arts dan Ubisoft juga menginvestasikan jutaan dolar dalam penelitian AI, meskipun mereka menghadapi pemutusan hubungan kerja. Pada tahun 2023, diperkirakan 10.500 pengembang game akan kehilangan pekerjaan di lebih dari 30 studio. Jess Hyland, seorang seniman game berpengalaman, mengaku khawatir akan kehilangan pekerjaannya karena AI.
AI kini dapat menghasilkan level, dunia, dan bahkan seluruh game dari perintah teks sederhana. Contohnya, GameNGen yang dikembangkan oleh Google dan Universitas Tokyo dapat membuat level permainan tembak-menembak yang hampir tidak dapat dibedakan dari yang dibuat manusia. Alat AI seperti Muse dari Unity sudah mengubah alur kerja desain game, memungkinkan pengembang menyelesaikan tugas dalam hitungan jam.
Bagi sebagian orang, AI dianggap sebagai alat yang mendemokratisasi penciptaan game. Yuta Hanazawa, seorang veteran industri, percaya bahwa AI akan membebaskan pengembang dari tugas monoton dan memungkinkan fokus pada gameplay dan cerita yang inovatif. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa AI akan mengubah seniman manusia menjadi operator mesin yang hanya memperbaiki hasil keluaran AI.
Tantangan etika juga muncul, terutama terkait dengan potensi penyalahgunaan AI untuk membuat konten eksplisit atau merugikan. Kasus anak-anak sekolah di Spanyol yang menggunakan AI untuk menghasilkan gambar tidak senonoh menunjukkan betapa mudahnya alat ini disalahgunakan. Mengatur fungsi AI untuk mencegah penyalahgunaan ini sangat sulit.
Akhirnya, diskusi tentang AI dalam game bukanlah tentang apakah itu akan terjadi – itu sudah terjadi. Fokus harus beralih pada bagaimana memastikan AI melengkapi, bukan menghapus, elemen-elemen dalam game yang bergantung pada kreativitas, ketidakpastian, dan kepercayaan manusia.