- Pembahasan Perubahan APBD Lumajang Tahun 2025 untuk Sesuaikan Pembangunan dengan Visi Misi Pemimpin Daerah
- Peninjauan Jalan Rusak di Ranuwurung Randuagung oleh DPRD dan Bupati Lumajang
- Audiensi PWI Lumajang dengan Pimpinan Daerah: Komitmen Bersama untuk Membangun dan Mempromosikan Wilayah
- Prioritas Utama: Penataan Birokrasi dan Peningkatan Kinerja ASN di Lumajang
- Penemuan Sapi Curian di Perkebunan Jeruk Menggegerkan Tempeh Kidul Lumajang!
- Kedatangan 345 Jemaah Haji Lumajang Disambut Meriah di Pendopo Kabupaten
- Kejadian Perampokan di Toko Emas Lumajang Mengakibatkan Kerugian Signifikan
- Kampus UNEJ Klakah Dipastikan Mulai Beroperasi Tahun Depan oleh Pemkab Lumajang
- Kunjungan Duka Bupati Lumajang ke Pesantren Setelah Kepergian Nyai Hj. Ainun Nisa’
- Kecelakaan Maut di Lumajang Melibatkan Bus dan Kendaraan Lain di Pagi Buta
Korban Pembunuhan Bicara dari Alam Kubur Melalui AI
Murder Victim Speaks from the Grave in Courtroom Through AI https://dailyai.com/2025/05/murder-victim-speaks-from-the-grave-in-courtroom-through-ai/

Keterangan Gambar : Korban Pembunuhan Bi
Sebuah kasus sejarah terjadi di Arizona, Amerika Serikat, di mana korban pembunuhan Chris Pelkey berbicara sendiri melalui teknologi Artificial Intelligence (AI) pada putusannya pembunuh. Chris Pelkey, seorang veteran Tentara AS, tewas terbunuh di samping jalan karena insiden road rage pada tahun 2021. Untuk kasus tersebut, keluarga Chris Pelkey membuat sebuah AI yang mirip dengan dirinya menggunakan gambar, video, dan rekaman suara pribadi.
Dalam video AI, Chris Pelkey mengungkapkan kata-kata "In another life, we probably could've been friends" dan "I believe in forgiveness, and a God who forgives". Direktur Hukum Todd Lang menegaskan bahwa perilaku ini menunjukkan kesamaan dengan masa lalu korban. Pembunuh Chris Pelkey, Gabriel Horcasitas, dihukum 10,5 tahun penjara.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan tentang etika dan autentitas di mahkamah. Profesor hukum Arizona Gary Marchant mengatakan, "The value outweighed the prejudicial effect in this case" tetapi bagaimana cara mengarahkan garis dalam kasus-kasus yang akan datang. Arizona sedang melakukan eksperimen dengan AI, seperti menjelaskan putusan Mahkamah Agung, dan sekarang teknologi ini juga masuk dalam proses hukum yang emosional dan berisiko tinggi.