- Penangkapan Lima Tersangka Kasus Ganja oleh Satresnarkoba di Lumajang
- Proyek Pembangunan Pasar Agropolitan di Gerbang Wisata Senduro Lumajang Hampir Rampung
- Pelantikan Resmi Indah-Yudha, Janji Mewujudkan Pemerintahan Lumajang Tanpa Korupsi
- Pengaktifan Kembali KUD di Lumajang untuk Memperkuat Perekonomian Desa
- Persiapan Mencetak Generasi Emas oleh Lembaga Parenting di Lumajang
- Aliansi BEM se-Lumajang Protes Program Efisiensi yang Dinilai Tidak Memenuhi Kebutuhan Dasar di DPRD
- Begal Mengintai di Klakah Lumajang Saat Hujan Turun
- Cek Kesehatan Gratis Dimulai di Lumajang, Simak Keuntungannya
- Dukungan Terhadap Penerapan P3K Paruh Waktu di Pemkab Lumajang dari Komisi A DPRD
- Wisuda Akbar Seribu Santri Madin Digelar di Pendopo Arya Wiraraja oleh FKDT Lumajang
Chatbots membantu siswa yang merasa kesepian dan ingin bunuh diri dengan kesehatan mental.
Chatbots help lonely, suicidal students with mental health https://dailyai.com/2024/01/chatbots-help-lonely-suicidal-students-with-mental-health/

Keterangan Gambar : Chatbots membantu si
Loneliness and AI Companions: A Solution for Students' Mental Health?
Kesendirian merupakan epidemi global yang semakin banyak orang bergantung pada teman AI untuk mengisi kekosongan teman-teman manusia. Peneliti dari Universitas Stanford menemukan bahwa mahasiswa dapat mendapatkan manfaat kesehatan mental dari percakapan dengan chatbot ini.
Bukan hal yang mengejutkan bahwa mahasiswa yang terbatas dalam hal keuangan dan harus menavigasi kehidupan kampus dan masa depan yang tidak pasti sering menderita stres atau masalah kesehatan mental. Semakin banyak mahasiswa ini beralih ke Intelligent Social Agents (ISA) untuk menemukan teman yang dapat mendengarkan mereka tanpa menghakimi untuk berbicara mengenai masalah mereka.
Tim peneliti Universitas Stanford ingin mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana dan mengapa mahasiswa menggunakan ISA dan apa efeknya pada mereka.
Mereka melakukan survei terhadap 1006 pengguna Replika, sebuah ISA yang menggunakan kecerdasan buatan generatif untuk berkomunikasi dengan pengguna melalui teks, suara, augmented, dan antarmuka realitas virtual di platform iPhone dan Android.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebagian besar partisipan melaporkan bahwa Replika membantu mereka dengan kesehatan mental mereka, meskipun ada beberapa umpan balik negatif. Beberapa di antaranya melaporkan hasil positif seperti merasa lebih sedikit cemas, merasa didukung secara sosial, serta dapat mengatasi stres dan masalah emosional.
Temuan terbesar dari studi ini adalah bahwa 30 partisipan menyatakan bahwa Replika mencegah mereka melakukan percobaan bunuh diri. Sebagian besar mahasiswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki pendapatan di bawah $20.000 sehingga untuk mereka, teman AI seperti Replika mungkin menjadi satu-satunya pilihan untuk mendapatkan bantuan kesehatan mental.
Meskipun demikian, penelitian ini juga mengingatkan kita bahwa meskipun mesin tampak semakin canggih dalam memberikan dukungan, kehadiran dan percakapan empati dari manusia masih sangat dibutuhkan.
Kemampuan Replika dalam memberikan dukungan emosional kepada mahasiswa ini menjadi sebuah cerminan bagi perubahan sosial yang lebih luas, yakni meningkatnya ketergantungan pada teknologi dalam menghadapi kesendirian dan stres mental di era modern.
Apapun hasilnya, inovasi seperti Replika menunjukkan bahwa peran teknologi dalam memecahkan masalah kesehatan mental tidak bisa diabaikan, namun pada akhirnya, kita harus tetap memperhatikan kesejahteraan emosional manusia di tengah kondisi sosial kini.