- - Penindakan terhadap Produk Ilegal Ancam Anggaran Daerah - Ribuan Kemasan Ilegal Disita, Dana Pembangunan Terancam - Dampak Perdagangan Ilegal terhadap Pembiayaan Proyek Daerah - Tekanan pada Anggaran Lokal Akibat Penegakan Produk Ilegal - Upaya Penertiban Produk Ilegal Gambarkan Risiko bagi Dana Pembangunan
- - Upaya patroli malam tingkatkan kesiagaan komunitas - Kesiapsiagaan meningkat lewat patroli keamanan malam di wilayah setempat - Patroli malam memperkuat solidaritas dan kewaspadaan lingkungan - Peningkatan keamanan lewat patroli malam tingkatkan kewaspadaan di area sekitar
- - Kampanye keselamatan berlalu lintas di sekolah menengah dorong pelajar jadi pelopor - Sekolah menengah jadi lokasi kampanye keselamatan berlalu lintas dan ajak pelajar menjadi pelopor - Dorong pelajar jadi pelopor keselamatan berlalu lintas melalui program sekolah menengah - Pelajar diajak menjadi pelopor keselamatan berlalu lintas lewat kampanye di sekolah menengah
- Kegiatan Sosial di Lumajang Menjangkau Berbagai Lembaga dan Penderita Epidermolysis Bullosa
- Kemandirian Lumajang Didorong Melalui Pengelolaan Dana Dusun Berbasis Masyarakat
- Hunian Bergaya Santorini Pertama di Indonesia Kini Hadir di Lumajang dengan Pembukaan Clarysa Grande
- Dana Khusus untuk Dusun di Lumajang Mulai Berlaku Tahun 2026 guna Perlindungan Warga
- Pramuka Diharapkan Menjadi Tempat Pembentukan Karakter dan Kepemimpinan Pemuda
- Keamanan Wilayah Ditekankan Tanpa Penggunaan Senjata oleh Pimpinan Daerah Lumajang
- Percepatan Mutasi Besar-besaran Dilakukan untuk Memacu Kinerja Birokrasi di Lumajang
Cognition AI Mengumumkan Devin, Pengembang Software AI Otonom.
Cognition AI announce Devin, an autonomous AI software developer https://dailyai.com/2024/03/cognition-ai-announce-devin-an-autonomous-ai-software-developer/

Keterangan Gambar : Cognition AI Mengumu
Cognition AI telah memperkenalkan Devin, yang dijelaskan sebagai software engineer AI otonom pertama di dunia.
Cognition AI dibuat oleh para ahli pemrograman Scott Wu, Steven Hao, dan Walden Yan, didukung oleh pendanaan Seri A sebesar $21 juta yang dipimpin oleh Founders Fund milik Peter Thiel.
Salah satu pendiri, Scott Wu, menggambarkan Devin sebagai "rekan kerja yang gigih dan terampil," mampu bekerja bersama manusia atau menyelesaikan seluruh proyek secara mandiri.
Devin jauh lebih canggih daripada OpenAI dan CoPilot milik Microsoft. Sebaliknya, ia dapat dibandingkan dengan agen AI yang mengembangkan perangkat lunak dari instruksi bahasa alami menjadi proyek yang selesai daripada hanya menghasilkan segmen kode individu.
Cognition AI merilis serangkaian demo video yang mendetailkan kemampuan Devin di berbagai tugas pengembangan perangkat lunak dan rekayasa.
Beberapa aplikasi yang ditampilkan dari demo Cognition AI:
1. Kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru: Setelah meninjau sebuah posting blog, Devin berhasil menjalankan ControlNet pada Modal untuk menghasilkan gambar yang disisipi pesan tersembunyi, menunjukkan kemampuannya untuk belajar dan beradaptasi secara kreatif dari input.
2. Pengembangan aplikasi dari awal hingga akhir: Devin secara otonom mengembangkan sebuah situs web interaktif yang mensimulasikan Game of Life. Devin mengelola seluruh siklus proyek, mulai dari menggabungkan fitur berdasarkan permintaan pengguna hingga mendeploy aplikasi di Netlify.
3. Debugging otonom: Salah satu fitur kunci Devin adalah kemampuannya untuk mengidentifikasi dan memperbaiki bug dalam kode tanpa campur tangan manusia.
4. Pelatihan model AI: Devin secara otonom menyiapkan dan menyetel model bahasa besar (LLM), hanya dengan diberikan tautan ke repositori penelitian di GitHub.
Kemampuan Devin dievaluasi secara ketat pada benchmark pengkodean SWE-bench. Kinerja Devin luar biasa, berhasil menyelesaikan 13,86% masalah GitHub secara end-to-end, melonjak jauh dari yang sebelumnya hanya 1,96%.
Devin menunjukkan kemampuan pemecahan masalah yang canggih dan potensinya untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam pengembangan perangkat lunak. Ini memberikan gambaran masa depan di mana pemrograman manual hampir punah.
Meskipun AI mampu menggantikan pekerjaan kreatif, manusia perlu mengasah keterampilan berpikir kritis dan kreativitas, serta sedikit keberuntungan dalam lintasan karier yang dipilih.






