- Penangkapan Lima Tersangka Kasus Ganja oleh Satresnarkoba di Lumajang
- Proyek Pembangunan Pasar Agropolitan di Gerbang Wisata Senduro Lumajang Hampir Rampung
- Pelantikan Resmi Indah-Yudha, Janji Mewujudkan Pemerintahan Lumajang Tanpa Korupsi
- Pengaktifan Kembali KUD di Lumajang untuk Memperkuat Perekonomian Desa
- Persiapan Mencetak Generasi Emas oleh Lembaga Parenting di Lumajang
- Aliansi BEM se-Lumajang Protes Program Efisiensi yang Dinilai Tidak Memenuhi Kebutuhan Dasar di DPRD
- Begal Mengintai di Klakah Lumajang Saat Hujan Turun
- Cek Kesehatan Gratis Dimulai di Lumajang, Simak Keuntungannya
- Dukungan Terhadap Penerapan P3K Paruh Waktu di Pemkab Lumajang dari Komisi A DPRD
- Wisuda Akbar Seribu Santri Madin Digelar di Pendopo Arya Wiraraja oleh FKDT Lumajang
GPT-4 Mampu Melampaui Keahlian Mata Manusia dalam Pertanyaan Diagnostik
GPT-4 meets or exceed human eye specialists at diagnostic questions https://dailyai.com/2024/02/gpt-4-meets-or-exceed-human-eye-specialists-at-diagnostic-questions/

Keterangan Gambar : GPT-4 Mampu Melampau
The New York Eye and Ear Infirmary of Mount Sinai (NYEE) telah menunjukkan bagaimana GPT-4 dapat berkinerja sebanding atau bahkan lebih baik daripada oftalmologis manusia dalam mendiagnosis dan mengobati glaukoma dan penyakit retina. Temuan ini dijelaskan dalam sebuah studi yang diterbitkan di JAMA Ophthalmology, yang membahas bagaimana kecerdasan buatan (AI) dapat membantu spesialis mata dalam proses pengambilan keputusan.
Tim peneliti di Mount Sinai melibatkan 12 spesialis yang hadir dan tiga peserta pelatihan senior dari Departemen Oftalmologi di Icahn School of Medicine. Mereka membandingkan respons AI dan spesialis manusia terhadap serangkaian pertanyaan dan kasus pasien terkait glaukoma dan gangguan retina. Respons GPT-4 dievaluasi dan ditemukan sebanding atau bahkan melampaui spesialis manusia, terutama dalam kasus glaukoma.
Studi ini melibatkan 15 profesional oftalmologi di Departemen Oftalmologi Mount Sinai, yang terdiri dari dokter yang hadir dan peserta pelatihan senior yang mengkhususkan diri dalam glaukoma dan penyakit retina. Mereka menggunakan serangkaian 20 pertanyaan oftalmologi (dibagi secara merata antara topik glaukoma dan retina) dan 20 kasus pasien yang dianonimkan untuk tujuan evaluasi.
GPT-4 diarahkan untuk menjawab pertanyaan dan menganalisis kasus pasien. Tujuannya adalah agar AI merespons seperti seorang oftalmolog praktik, menggunakan singkatan klinis jika diperlukan untuk mencerminkan gaya singkat yang khas dari catatan klinis.
Studi ini menggunakan sistem penilaian untuk menilai akurasi dan kelengkapan respons dari GPT-4 dan spesialis manusia. Hasilnya menunjukkan bahwa GPT-4 memberikan respons yang sangat akurat dan lebih komprehensif daripada spesialis manusia dalam kasus glaukoma. Untuk kasus retina, GPT-4 sejajar dengan spesialis manusia, bahkan sering memberikan respons yang lebih rinci.
Dr. Andy Huang, seorang residenti oftalmologi di NYEE dan penulis utama studi ini, menyatakan bahwa kinerja GPT-4 dalam studi mereka sangat mengejutkan. Dia mengakui potensi besar dari sistem AI ini dan menyatakan bahwa AI dapat memberikan bimbingan berharga bagi para klinisi, terutama dalam hal mendokumentasikan temuan pemeriksaan pasien.
Dr. Louis R. Pasquale, Wakil Ketua Riset Oftalmologi dan salah satu penulis senior studi ini, juga terkesan dengan hasilnya. Dia menyatakan bahwa AI menunjukkan keahlian yang mengejutkan dalam menangani kasus pasien glaukoma dan retina, sejajar dengan akurasi dan kelengkapan diagnosis dan saran pengobatan yang dibuat oleh dokter manusia dalam format catatan klinis.
Dr. Huang melihat masa depan AI dalam oftalmologi, mencatat potensinya untuk mendukung spesialis mata dengan memberikan bantuan diagnostik dan mengurangi beban kerja mereka, terutama dalam kasus-kasus kompleks.
AI telah menunjukkan keberhasilan dalam aplikasi kesehatan mata, seperti pada tahun 2018 hingga 2020 ketika DeepMind menggunakan pembelajaran mesin untuk menganalisis tomografi koherensi optik tiga dimensi (OCT) dengan akurasi tinggi untuk mendiagnosis berbagai kondisi.
Pada tahun 2023, peneliti mengembangkan model AI untuk mendeteksi tanda-tanda awal penyakit Parkinson dari pemindaian mata, serta untuk mendeteksi penyakit Parkinson, penyakit jantung, dan penyakit lainnya, serta untuk mendeteksi penyakit tertentu pada bayi, juga dari pemindaian retina.