- Apel Siaga Bencana Hidrometeorologi 2025 Digelar di Lumajang
- Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Lumajang oleh KPU Pasca Pilkada 2024
- Rapat Pleno Terbuka KPU untuk Menetapkan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Lumajang
- Peningkatan Patroli Kecelakaan Lalu Lintas oleh Satlantas Polres Lumajang
- Langkah Pemerintah untuk Mengatasi Masalah Ternak yang Terjangkit Penyakit Menular Kepada Manusia (PMK) Ditetapkan di Daerah Terpilih
- Bupati Lumajang Tetapkan Anggaran 3,4 Miliar untuk Pembangunan Infrastruktur Parkir di Pusat Kota
- Pantai di Daerah Pesisir Menjadi Tempat Berburu Buaya
- Lumajang Mengadakan Penerapan Sistem Pelaporan Online untuk Meningkatkan Pengelolaan Perhubungan dan Infrastruktur
- Bupati Lumajang Mengunjungi Pemandian Alam yang Diperbaiki untuk Memastikan Kualitas Layanan
- Kebakaran Mobil Terjadi di SPBU Sumberjati Lumajang, Identitas Pemilik Terungkap
Harta Karun Gandum Berusia 96 Tahun yang Akan Mengubah Pertanian
One Scientist’s 96-Year-Old Wheat Goldmine Is About to Transform Agriculture https://www.popularmechanics.com/science/green-tech/a61600597/rediscovered-wheat-genetic-diversity-future-agriculture/
Keterangan Gambar : Harta Karun Gandum B
Gandum menyumbang 20 persen dari total kalori manusia di seluruh dunia, tetapi tanaman ini menghadapi berbagai ancaman dari perubahan iklim dan penyakit yang tersebar luas. Sebuah studi genomik baru, yang menganalisis 827 varietas gandum yang dikumpulkan hampir satu abad yang lalu, menemukan "kumpulan emas" keragaman genetik yang dapat membantu melindungi tanaman ini ke depan. Teknik pemuliaan selektif dapat menciptakan varietas yang tahan terhadap penyakit seperti ledakan gandum sambil juga menghasilkan tanaman yang membutuhkan lebih sedikit pupuk nitrogen, yang merupakan produsen gas rumah kaca yang besar.
Pusat John Innes, yang terletak di Norwich, Inggris, mengkhususkan diri dalam genetika dan mikrobiologi berbagai spesies tanaman, tetapi memiliki keistimewaan unik karena memiliki koleksi sampel gandum terbesar dari seluruh dunia. Hampir satu abad yang lalu, ilmuwan tumbuhan Inggris Arthur Watkins, yang digambarkan sebagai seorang botanis yang "tenang dan pemalu" yang menjadi pelopor dalam dunia genetika tanaman, secara perlahan mengumpulkan sampel gandum dari 32 negara baik dari dalam maupun di luar Kekaisaran Inggris.
Namun, pada abad ke-21, ketika populasi manusia terus meningkat dan tanaman menghadapi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari kenaikan suhu, ketekunan Watkins dalam mengumpulkan sampel gandum ini bisa jadi akan memberi makan manusia jauh ke depan. Setidaknya itulah kesimpulan dari sebuah studi internasional baru, oleh para ilmuwan di Pusat John Innes dan Institut Genom Pertanian di Shenzhen, China. Dengan melakukan sekuensing penuh dari semua 827 varietas yang ditemukan dalam Koleksi Tanah Watkins (juga dikenal sebagai warisan), para peneliti menemukan bahwa gandum modern hanya menampilkan 40 persen dari keragaman yang ditemukan dalam koleksi tersebut. Hasil studi ini dipublikasikan pada pertengahan Juni dalam jurnal Nature.
Keragaman genetik yang meningkat ini dapat membantu ilmuwan mengembangkan varietas gandum yang lebih tahan terhadap tekanan iklim dan juga penyakit seperti ledakan gandum, penyakit jamur yang cepat bertindak. Para peneliti berharap untuk menemukan lebih banyak ketahanan dan pintu pintas keberlanjutan dengan juga membuat data mereka tersedia untuk semua melalui Portal Genomik Gandum Dunia Watkins untuk Pemuliaan. Upaya seperti ini diharapkan dapat melindungi tanaman penting ini, yang menyediakan 20 persen kalori manusia di seluruh dunia, hingga ke masa depan.