- Kematian Tersangka Curwan di Lumajang Disebabkan Asam Lambung Bukan Karena Pukulan
- Kerusuhan Terjadi di Rumah Sakit Bhayangkara Akibat Dugaan Penganiayaan Terduga Pencuri Hewan hingga Meninggal Dunia
- Kericuhan di Mapolres Lumajang Berujung Penahanan 18 Warga Ranuwurung
- Serangan Terjadi di Mapolres Lumajang, Pemicu Kemarahan Oknum Warga Ranuwurung Terungkap
- Penguatan Kolaborasi Riset Melalui Program Visiting Profesor Tahun 2025 Antara Dua Perguruan Tinggi di Jawa Timur
- Patroli Malam Diperketat untuk Cegah Kejahatan dan Balap Liar di Lumajang
- Penggeledahan di Lapas Kelas IIB Lumajang Pastikan Sel Bebas dari Barang Terlarang
- Perayaan Harjalu ke-780 Dimeriahkan dengan Kegiatan Trail Adventure Day di Lumajang
- Persetujuan Raperda APBD 2026 oleh Badan Anggaran DPRD Lumajang dan Rencana Pembahasan Lanjutan
- Seminar Nasional Tentang Upaya Mencegah Kekerasan di Perguruan Tinggi Digelar
Keutamaan Adzan
Ihya\\\\

Keterangan Gambar : Keutamaan Adzan
KEUTAMAAN ADZAN :
Bersabda Nabi saw. : “Tiga orang pada hari qiamat di atas bukit kecil dan kesturi hitam, tiada menyusahkan mereka oleh hisab amalan dan tiada menimpa ke atas diri mereka oleh kegelisahan, sehingga selesailah ia dari segala sesuatu diantara manusia . Orang yang tiga itu ialah : orang yang membaca Al-Qur-an karena mengharap akan Wajah Atlah ’Azza wa Jalla dan menjadi imam pada sesuatu kaum, di mana kaum itu senang kepadanya; orang yang beradzan (melakukan bang) pada masjid dan berdo'a kepada Allah ’Azza wa Jalla karena mengharap akan WajahNya dan orang yang berpenghidupan sempit di dunia maka yang demikian itu tiada mengganggukannya daripada berbuat amalan akhirat (1).
Bersabda Nabi saw,. : “Tiadalah yang mendengar seruan adzan dan orang yang beradzan itu, baik yang mendengar Ítu jin atau manusia ataupun sesuatu yang lain, melainkan naik saksi ia untuk orang yang beradzan itu pada hari qiamat (2).
Bersabda Nabi saw. : “Tangan Tuhan Yang Maha Pengasih itu di atas kepala muadzin (orang yang beradzan), sehingga selesailah ia daripada adzannya”. (3)
Ada yang mengatakan mengenai penafsiran firman Allah ‘Azza wa Jalla : (Wa man ahsanu qaulan mim man da‘aa ilallaahi wa ‘amila shaaíí- haa).
Artinya : '‘Siapa yang lebih baik perkataannya dari orang yang memanggil kepada Tuhan dan mengerjakan perbuatan baik (S. Ha Mim As-Sajadah, ayat 33), bahwa ayat ini turun mengenai orang-orang muadzin.
(1) Dirawikan Al-Tirmidzi daro Ibnu Umar dan dipandangnya hadits hasan (baik),
(2) Dirawikan AI-BukhaH dah Abdullah bin Yusuf,
(3) Dirawikan Ath-Thabrani dan AhHasan bin Sa'íd dari Anas, dengan isnad dla'if.
Bersabda Nabi saw. :
Yang Artinya : “Apabila kamu mendengar seruan adzan, maka ucapkan- lah apa yang diucapkan oleh muadzin itu ”
Mengucapkan yang demikian itu adalah sunnah, kecuali mengenai “Hayya ’alash-sholaah ” dan “Hayya ’alal-falaah ”, maka diucapkan pada yang dua ini ialah : "Laa haula wa laa quwwata illaa billaah”. Dan pada ucapan muadzin : “Qadqaamatish shalaah ” maka pen- dengar mengucapkan : A qaamahallaahu wa adaamahaa maa daama- tis samaawaatu wal ardl”. (Ditegakkan Allah kiranya shalat itu dan dikekalkanNya selama kekal langit dan bumi).
Dan pada tatswib, yaitu : ucapan muadzin pada shalat shubuh : “Ashshalaatu khairum minan nauum”. (Shalat itu lebih baik dari pada tidur), maka pendengamya mengucapkan : “Shadaqta wa bararta wa nashahta” (Benar engkau, telah berbuat kebajikan engkau dan telah memberi nasehat engkau).
(AHaahumma rabba haadzihid da’-watit taammati wash- shalaatil qaa-imati, aati Muhammadanil wasiilata wal fadliilata wad darajatar rafii-’ata wab-’atshul maqaamal mahmuudal ladzii wa ’adtahu, innaka laa tukhliful mii-'aad).
Artinya : “Ya Allah, ya Tuhanku, yang memiliki do’a ini yang sempurna, dan shalat yang berdiri tegak! Berikanlah kepada Muhammad jalan, kelebihan dan derajat tinggi! Dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yangtelah Engkau janjikan! Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji”.
Berkata Sa’id bin AI-Musayyab : “Barangsiapa mengerjakan shalat pada tanah sahara yang luas, niscaya bershalat di kanannya seorang malaikat dan dikirinya seorang malaikat. Maka jika ia beradzan dan berqamat (iqamah), niscaya bershalat di belakangnya malaikat - malaikat berbaris seperti bukit”.