- Apel Siaga Bencana Hidrometeorologi 2025 Digelar di Lumajang
- Penetapan Calon Terpilih Bupati dan Wakil Bupati Lumajang oleh KPU Pasca Pilkada 2024
- Rapat Pleno Terbuka KPU untuk Menetapkan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Lumajang
- Peningkatan Patroli Kecelakaan Lalu Lintas oleh Satlantas Polres Lumajang
- Langkah Pemerintah untuk Mengatasi Masalah Ternak yang Terjangkit Penyakit Menular Kepada Manusia (PMK) Ditetapkan di Daerah Terpilih
- Bupati Lumajang Tetapkan Anggaran 3,4 Miliar untuk Pembangunan Infrastruktur Parkir di Pusat Kota
- Pantai di Daerah Pesisir Menjadi Tempat Berburu Buaya
- Lumajang Mengadakan Penerapan Sistem Pelaporan Online untuk Meningkatkan Pengelolaan Perhubungan dan Infrastruktur
- Bupati Lumajang Mengunjungi Pemandian Alam yang Diperbaiki untuk Memastikan Kualitas Layanan
- Kebakaran Mobil Terjadi di SPBU Sumberjati Lumajang, Identitas Pemilik Terungkap
Menjadi Muslim Yang Mukmin #2B
Keterangan Gambar : Menjadi Muslim Yang
Assalamualaikum para sahabat yang dirahmati dan diberkahi Allah
Persoalan yang paling awal, paling pokok adalah kebanyakan orang menyangka dirinya diakui termasuk golongan orang-orang beriman setelah "ta'at" melaksanakan perintah Allah. Kata ta'at saya tulis dalam tanda petik, karena sesungguhnya bukan ta'at, sebab tidak memenuhi syarat yang ke 3 dari tiga syarat ta'at berikut ini:
1. Harus ada perintah dari Allah
2. Harus diamalkan perintah itu sesuai tuntunan rasulNya.
3. Harus dilaksanakan perintah itu oleh yang diperintahNya.
Hal yang memprihatinkan adalah banyak orang menyangka dirinya beriman dan menyangka diperintah oleh Allah. Maka setelah "melaksanakan perintah" sholat, puasa, dll, mereka menyangka telah ta'at melaksanakan perintah Allah.
Padahal, itu hanya persangkaan mereka yang tidak sesuai (menyimpang). Dan, bila kita kaji Alqur'an, ternyata persangkaan mereka berbeda dengan petunjuk (hidayah) cara Allah menggolongkan orang sebagai orang kafir / beriman. Berbeda. Padahal Allah telah menunjukkan cara penggolongan manusia kafir dan iman di dalam Alqur'an, tetapi banyak orang islam sendiri yang mengingkari. Anehnya, mereka yang mengingkari itu menyangka mengikuti Alqur'an.
Memang tidak mudah mengingatkan orang yang menyimpang dari Alqur'an, namun menyangka telah mengikuti Alqur'an. Tidak mudah mengingatkan orang yang menyangka dirinya beriman. Padahal menurut Allah di dalam Alqur'an mereka ini termasuk golongan orang-orang kafir. Tidak mudah mengingatkan mereka ini agar menyadari penyimpangannya. Walaupun sesungguhnya, sangat cepat dan sangat mudah mengetahui diri sendiri termasuk orang-orang yang digolongkan Allah sebagai kafir atau mukmin. Sangat mudah dan nggak pake lama. Tidak usah menunggu besok, apalagi nanti setelah meninggalkan dunia selamanya. Tidak perlu.
Banyak orang menyangka sudah beriman, bila telah beramal "ta'at". Kemudian mereka merasa yakin diakui Allah beriman. Banyak orang menyangka begitu. Mereka percaya Allah Maha Mengetahui. Mereka menganggap digolongkan oleh Allah sebagai mukmin itu setelah beramal "ta'at". Padahal, petunjuk Alqur'an tidak begitu. Mereka menyimpang dari Alqur'an, namun menyangka mengikuti petunjuk Alqur'an. Kebanyakan mereka menolak bila diingatkan. Dan tidak percaya ada orang yang sudah sholat tetapi dipandang Allah masih kafir. Mereka menyangka iman itu perbuatan (sholat, puasa, dll). Padahal iman itu dasar atau landasan dari perbuatan sholat, puasa, dll (iman bukan perbuatan semata).
Mereka menolak diingatkan perihal iman nya yang masih bertepuk sebelah tangan. Mereka menganggap orang yang mengingatkan-nya telah mengkafir-kafirkan orang islam. Padahal tulisan semacam ini, walaupun bicara tentang kekafiran tetapi bukan mengkafir-kafirkan siapa-pun. Tidak ada nama orang yang spesifik dituduh kafir di sini. Justru, konten ini mengingatkan agar jangan cukup menjadi muslim saja, tetapi sesuai judul tulisan ini, yakni jadilah MUSLIM yang MUKMIN sesuai Alqur'an.
Mengapa mereka tidak mudah diingatkan?
Karena mereka memahami bahwa digolongkan oleh Allah sebagai orang beriman itu berdasarkan amal. Maka mereka tidak percaya kalau ada orang yang sudah beramal, sudah bersyahadat, sudah rajin sholat, sudah puasa, disiplin berzakat dan bahkan sudah berhaji itu masih kafir dalam pandangan Allah. Mereka bingung dan tidak percaya. Mereka terlanjur memahami bahwa Allah menggolongkan orang beriman itu berdasarkan perbuatan/amalnya. Padahal sesungguhnya, menurut Alqur'an, mula-mula digolongkan sebagai orang beriman itu bukan dari amalannya. Bukan.
Mereka menyimpang dari Alqur'an, tetapi tidak menyadari. Mereka langsung beramal "ta'at" sebelum oleh Allah digolongkan sebagai orang beriman. Karena menyangka beriman, mereka langsung sholat, puasa, dll. Padahal oleh Allah masih digolongkan sebagai orang kafir.
Lalu, bagaimana sesungguhnya cara Allah menggolongkan manusia termasuk golongan orang-orang kafir dan golongan orang-orang beriman?
Silakan mencermati dengan sungguh-sungguh ayat berikut ini:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Perumpamaan kedua golongan ( orang kafir dan mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?"
Begitulah cara Allah menggolongkan manusia berdasarkan keadaan qolbunya. Jadi, siapapun yang membaca Ayat itu, akan dengan mudah mengetahui dirinya sendiri digolongkan oleh Allah sebagai orang kafir atau sebagai orang beriman. Tidak butuh waktu lama.
Jika qolbunya belum melihat wujud yang bernama Allah, maka pasti mereka digolongkan oleh Allah sebagai orang kafir.
Selain ayat di atas, pada QS 22 ayat 46 juga disebut bahwa yang buta adalah qolbu ( hati). Kemudian, ayat berikut ini juga menegaskan siapa yang oleh Allah disebut kafir?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan Kami perlihatkan (Neraka) Jahanam dengan jelas pada hari itu kepada orang kafir,"
"(yaitu) orang yang mata (qolbu)nya dalam keadaan tertutup (buta) dari mengingat-Ku, dan mereka tidak sanggup mendengar (tuli)."
Banyak orang menyangka digolongkan oleh Allah sebagai orang beriman itu karena amal ibadahnya (sholat, puasa, dll.
Dua ayat di atas, yaitu QS 18 ayat 100 dan 101 itu diingkari. Sesungguhnya dua ayat itu tegas menyebutkan bahwa yang dimaksud Allah orang kafir adalah mereka yang keadaan qolbunya buta dan tuli. Sesuai dengan cara Allah menggolongkan kafir mukmin pada QS 11 ayat 24. Maha Suci Allah, tidak ada firmanNya yang saling bertentangan.
Jadi, sesungguhnya sangat mudah mengetahui diri sendiri termasuk golongan kafir atau mukmin. Tidak butuh waktu lama, tinggal diperhatikan saja keadaan qolbunya. Kalau tidak melihat wujud yang bernama Allah, pasti qolbunya tertutup (buta). Kalau masih bertanya, seperti apa wujud yang bernama Allah? Jika bertanya demikian, pasti oleh Allah digolongkan sebagai orang kafir, meski sudah sholat, puasa, dll. Sebab, tidak ada orang beriman yang bertanya atau ragu melihat wujud yang bernama Allah melalui qolbunya. Tidak ada. Orang yang digolongkan oleh Allah telah beriman pasti melihat wujud yang bernama Allah.
Lalu, apakah setiap orang yang merasa beriman kemudian ber-islam (sholat, puasa, dll) itu pasti diakui Allah sebagai mukmin?
Jawabnya, belum tentu.
Walaupun membaca Alqur'an, namun masih banyak yang tidak menyadari bahwa tidak semua orang yang menyangka dan mengaku beriman itu juga diakui Allah sebagai orang beriman, walau sudah islam sekalipun (sholat, puasa, dll). Marilah kita simak lagi ayat berikut ini:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Orang-orang Arab Badui berkata, "Kami telah beriman." Katakanlah (kepada mereka), "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah "Kami telah tunduk (islam)," karena iman belum masuk ke dalam qolbu -mu. Dan jika kamu (ingin) taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.""
Ayat di atas jelas menunjukkan bahwa meskipun sudah islam, pengakuan iman orang-orang badui itu ditolak oleh Allah.
Berarti, agar diakui oleh Allah beriman itu bukan dengan cara ber-islam. Bukan.
Kalau agar digolongkan oleh Allah sebagai mukmin itu bisa dengan cara ber-islam (sholat, puasa, dll), seharusnya orang-orang Arab Badui yang sudah islam pada ayat di atas itu juga diakui beriman. Nyatanya, pengakuan iman mereka ditolak walaupun sudah islam.
Mengapa pengakuan iman mereka ditolak? Pada ayat di atas disebutkan juga sebab iman mereka ditolak. Yaitu, karena iman belum masuk ke dalam qolbu. Bagaimana iman bisa masuk ke dalam qolbu, jika dalam keadaan tertutup?
Maka jelaslah bahwa agar diakui oleh Allah termasuk golongan orang-orang beriman, qolbu yang tertutup harus dibuka. Tidak ada cara lain. Jika telah terbuka, maka qolbu bisa melihat dan mendengar, pasti oleh Allah digolongkan sebagai mukmin (baca kembali QS 11 ayat 24 di atas).
Jika qolbu dibiarkan tertutup pasti, oleh Allah digolongkan sebagai orang kafir (baca kembali QS 18 ayat 100 dan 101 di atas).
Lalu, menurut Alqur'an bagaimana amal ibadah orang islam yang belum diakui beriman oleh Allah?
(Bersambung, in syaa Allah)