- Kehilangan Kendaraan di Pasar Tanggung Lumajang, Penyelidikan Polisi Sedang Berlangsung
- Pentingnya Menanamkan Semangat Gotong Royong Melalui Kegiatan Pramuka bagi Pelajar Lumajang
- Peningkatan Fasilitas Alun-Alun dengan Anggaran Miliaran Rupiah Dilakukan Kembali
- Perubahan Alun-Alun Tingkatkan Kenyamanan dan Keakraban untuk Semua Kalangan di Kota Lumajang
- Skema Honor Guru Non-NIP dan Guru Ngaji di Lumajang Disiapkan, Koordinasi dengan Pemkab Terus Berlanjut
- Harapan Terbentuknya Kebanggaan Masyarakat Lumajang Melalui Alun-Alun Baru
- Pekerjaan Rehabilitasi Alun-Alun Lumajang Berjalan Lancar Tanpa Mengganggu Aktivitas PKL CFD dan CFN
- Pengaturan Arus Lalu Lintas di Labruk Kidul Dilakukan untuk Mencegah Kecelakaan
- Program Optimasi Pemasaran Produk UMKM Dilaksanakan di Desa Sumberejo oleh Mahasiswa ITB Widya Gama Lumajang
- Aksi Pencurian Mobil Pickup di Kunir Lumajang Terekam CCTV
Game Play-to-Own: Hapus Token, Simpan Harta
Opinion Burn the tokens, keep the loot: Play-to-own games come next by Tobin Kuo /news/burn-tokens-keep-the-loot

Keterangan Gambar : Game Play-to-Own: Ha
Kedaunasi Ganda: P2E Collapses, P2O Emerges
Funding untuk permainan Web3 jatuh lebih dari 70% di Q1 2025, proyek-proyek besar ditutup, dan partisipasi pemain menurun dengan tingkat yang luar biasa. Krisis ini mengungkap kesalahan fundamental - memberi hadiah play dengan token volatil membuat setiap pemain menjadi spekulator dan setiap update game menjadi resiko pasar.
Permainan Web3 yang awalnya dipromosikan dengan namun tag "play-to-earn" (P2E) ternyata gagal. Data dan hasil pasar memberikan cerita yang berbeda. Model P2E terbangun pada inflasi token, di mana pengembang mencetak coin sebagai hadiah untuk aktivitas in-game, dengan harapan partisipasi berkurang. Walaupun sempat berhasil, pengusaha akhirnya kalah karena penggunaan token tidak stable dan pengembang kehilangan sumber pendapatan.
Namun, model baru "play-to-own" (P2O) menjanjikan masa depan lebih cerah. Dalam P2O, aset digital seperti skin, senjata, dan avatar dianggap sebagai aset fixed-supply yang pemain dapat jual di pasaran sekunder. Kualitas dan keindahan in-game menjadi dasar nilai aset digital tersebut.
Mengembangkan permainan yang menarik dan strong sink mechanics menjadi kunci keberhasilan P2O. Pengembang harus menciptakan permainan yang memungkinkan pemain memiliki sense of ownership yang signifikan. Jenis-jenis aset digital yang dibuat harus dianggap sebagai "collectible" dengan kualitas dan keindahan in-game sebagai dasar nilai.
Kritisisme model P2E menyajikan pertanyaan: jika tidak ada hadiah token, bagaimana pemain dapat diikat untuk bermain? Jawabannya adalah, pemain sudah terikat dengan permainan karena memiliki sense of ownership dan kualitas game yang bagus.