- Kronologi Tenggelamnya Remaja di Sungai Bondoyudo Saat Berburu Kepiting
- Pencarian Dilanjutkan Besok Setelah Insiden Tenggelam di Dam Tekung Saat Mencari Kepiting
- Transformasi dari Keterpurukan Menuju Harapan: Kerja Sama Rehabilitasi Semeru dengan Komunitas Setempat
- Ranu Kumbolo Siap Disambangi Setelah Pembukaan Gunung Semeru
- Kerja Sama Antara Aparat dan Pendidik dalam Membersihkan Reruntuhan Sekolah di Lumajang
- Kejadian Atap Runtuh di Sekolah Dasar di Lumajang Diduga Akibat Usia yang Tua
- Kolaborasi dengan Rider Legendaris untuk Video Teaser Event BAJA #1 di Lumajang
- Sinergi Literasi Agama dan Pemberdayaan Pertanian untuk Mewujudkan Harmoni Antarumat Beragama
- Layanan Terapi Kini Hadir di RSUD dr. Haryoto, Anak Lumajang Tak Perlu Pergi Jauh
- Usulan Perubahan Nama Stasiun Klakah Menjadi Stasiun Lumajang dari Pemkab Lumajang
Jemblem Crypsi: Cita Rasa Tradisional yang Tetap Renyah di Tengah Gempuran Zaman
Di tengah modernisasi makanan cepat saji dan tren kuliner kekinian, ada satu rasa lama yang tak lekang dimakan waktu jemblem. Jajanan tradisional berbahan dasar singkong ini masih bertahan sebagai favorit, khususnya di Lumajang, Jawa Timur.

Image: Jemblem Crypsi: Cita...
Di tengah modernisasi makanan cepat saji dan tren kuliner kekinian, ada satu rasa lama yang tak lekang dimakan waktu jemblem. Jajanan tradisional berbahan dasar singkong ini masih bertahan sebagai favorit, khususnya di Lumajang, Jawa Timur.
Di Jalan Veteran, tepat di depan pemandian umum yang tak kalah legendaris, berdiri sebuah lapak kecil namun selalu ramai pengunjung. Namanya Jemblem Crypsi. Dari kejauhan, aroma khas gorengan yang baru saja diangkat dari wajan sudah menggoda indera penciuman.
Pemilik lapak, Nadiya (43), dengan cekatan menggoreng adonan singkong yang sudah dibentuk bulat-bulat. Wajahnya sumringah saat menyapa pelanggan, mulai dari anak-anak hingga orang tua yang datang karena rindu rasa masa kecil.
“Jemblem ini bukan hanya soal rasa, tapi soal kenangan.Dari kecil saya sudah makan ini, dan sekarang saya yang membuatnya untuk orang lain," tutur Nadiya sambil membalik jemblem dalam wajan panasm di Rumah Produksinya, Minggu (18/5/2025).
Jemblem Crypsi milik Nadiya memang tidak seperti jemblem kebanyakan. Jika biasanya jemblem memiliki tekstur empuk dan agak lembek, versi milik Nadiya justru renyah di luar dan tetap lembut di dalam. Perpaduan rasa gurih dan sedikit manis menyatu sempurna dalam satu gigitan.
“Kami olah dengan bahan alami. Singkongnya kami pilih yang benar-benar tua dan manis. Tidak dicampur tepung tambahan supaya tetap otentik,” jelasnya. Inovasi tekstur krispi didapat dari teknik penggorengan khusus dan sedikit rahasia dapur warisan keluarga.
Dengan harga hanya Rp1.000 per biji, jemblem Crypsi menjadi camilan favorit lintas usia. Banyak pelanggan yang membeli dalam jumlah banyak untuk keluarga di rumah atau sebagai oleh-oleh khas Lumajang.
Tak hanya warga lokal, para pelancong yang datang ke Lumajang juga tak sedikit yang mampir ke lapak sederhana ini. “Saya tahu dari media sosial. Katanya enak dan murah. Ternyata benar,” kata Diah, wisatawan asal Surabaya.
Keistimewaan Jemblem Crypsi bukan hanya pada rasa dan harga. Nadiya juga menjaga suasana tradisional di lapaknya. Lagu-lagu keroncong dan tembang Jawa diputar pelan, menciptakan nuansa nostalgia yang menenangkan.
Tak jarang, pelanggan yang datang sekadar ingin bercerita masa kecil. “Dulu, jemblem dijual keliling pakai pikulan. Saya tunggu tiap sore. Sekarang saya bisa merasakan itu lagi di sini,” kenang Pak Sugeng, pelanggan setia yang kini berusia 60 tahun.
Meski tampil sederhana, lapak Jemblem Crypsi menjadi contoh kekuatan kuliner tradisional yang tetap bisa eksis di era digital. Lewat media sosial, Nadiya mempromosikan dagangannya, lengkap dengan cerita di baliknya.
“Saya tidak ingin jemblem hilang dari ingatan orang-orang. Ini warisan nenek saya, dan semoga bisa jadi warisan anak-anak saya nanti,” katanya lirih namun penuh harap.
Lapak kecil ini juga menjadi tempat belajar bagi anak muda yang ingin mengetahui cara membuat jemblem. Beberapa mahasiswa dari luar kota bahkan pernah melakukan penelitian kecil tentang ketahanan pangan berbasis singkong di sini.
Nadiya membuka diri untuk berbagi resep kepada siapa saja yang ingin belajar. “Kalau tidak kita yang lestarikan, siapa lagi?” ujarnya.
Setiap hari, mulai pukul 14.00 hingga menjelang Maghrib, aroma jemblem yang baru matang menjadi tanda bahwa rasa tradisional belum mati.
Jemblem Crypsi tidak sekadar makanan ringan. Ia adalah penanda budaya, simbol ketahanan lokal, dan bukti bahwa kearifan kuliner Jawa Timur masih punya tempat di hati masyarakat.
Di era serba instan ini, jemblem menjadi oase rasa. Mengingatkan bahwa kesederhanaan juga bisa membawa kebahagiaan.
Jadi, jika suatu saat Anda berkunjung ke Lumajang, jangan lewatkan untuk mencicipi renyahnya Jemblem Crypsi. Karena di sana, Anda tak hanya menikmati camilan, tapi juga menyesap sepotong nostalgia. (MC Kab. Lumajang/Ard/An-m)
Sumber : https://portalberita.lumajangkab.go.id/main/baca/aXKFfpRt
Baca Artikel Lainnya :
- Bupati Lumajang: Pendidikan Sehat Butuh Kerja Sama Sekolah, Orang Tua, dan Pemerintah
- Kelas Antariksa di Tengah Kota, Komunitas Astronomi Lumajang Ajak Warga Kenali Tata Surya
- Ranu Kumbolo Menanti, BB TNBTS Ajak Pendaki Jadi Mitra Penjaga Alam
- Dari Penanaman hingga Perawatan, Pemkab Lumajang Bantu Petani Kuasai Budidaya Durian
- Guru Harus Adaptif di Era Digital, Pesan Tegas Bupati Lumajang di Hardiknas 2025
- Penangkapan Terjadi Setelah Pencurian Kelapa di Lumajang dengan Modus Penggunaan Kartu LSM
- Sinergi Literasi Agama dan Pemberdayaan Pertanian untuk Mewujudkan Harmoni Antarumat Beragama
- Transformasi dari Keterpurukan Menuju Harapan: Kerja Sama Rehabilitasi Semeru dengan Komunitas Setempat
- Kejadian Atap Runtuh di Sekolah Dasar di Lumajang Diduga Akibat Usia yang Tua
- Tersangka Penganiayaan di Pabrik Kayu Berhasil Diamankan dalam Operasi Pekat Semeru oleh Polres Lumajang
- Tes
- Cek
- Sy mau login dari kemarin kok belum bisa nggih...?
- Nama sama pass sdh sama spt sebelum nya
- Tes