Kearifan Lokal dan Spirit Toleransi Terpancar dalam Tradisi Undhuh-undhuh Desa Tunjungrejo Lumajang
yang cerah di Desa Tunjungrejo, Kecamatan Yosowilangun, menyambut ratusan warga yang datang dengan membawa hasil panen dari ladang dan kebun mereka. Tradisi Undhuh-undhuh atau tasyakuran masa panen yang digelar dua kali setahun ini bukan sekadar upacara biasa, melainkan wujud nyata kearifan lokal yang menautkan manusia dengan alam dan sesama.

By Adminpmd 18 Mei 2025, 21:25:54 WIB | 👁 1 Pemerintah Daerah
Kearifan Lokal dan Spirit Toleransi Terpancar dalam Tradisi Undhuh-undhuh Desa Tunjungrejo Lumajang

Image: Kearifan Lokal dan S...


Pagi yang cerah di Desa Tunjungrejo, Kecamatan Yosowilangun, menyambut ratusan warga yang datang dengan membawa hasil panen dari ladang dan kebun mereka. Tradisi Undhuh-undhuh atau tasyakuran masa panen yang digelar dua kali setahun ini bukan sekadar upacara biasa, melainkan wujud nyata kearifan lokal yang menautkan manusia dengan alam dan sesama.

Arak-arakan dari 26 Kelompok Rukun Warga (KRW) ini mengarak hasil bumi yang dikemas dalam anyaman bambu dan daun pisang, menampilkan keindahan budaya agraris yang telah diwariskan turun-temurun. Setiap keranjang dan gantungan hasil panen bukan hanya sekadar barang, tapi simbol rasa syukur dan kerja keras masyarakat yang menghargai alam sebagai sumber kehidupan.

Sambil melangkah menuju gereja GKJW Tunjungrejo, lantunan kidung dan doa berbahasa Jawa mengisi udara, memperkuat akar budaya sekaligus membangun rasa kebersamaan yang mendalam. Tradisi ini menjadi ruang dialog antar generasi dan antar komunitas, menegaskan nilai toleransi yang hidup berdampingan di desa tersebut.

Pdt. Sutrijo dalam khotbahnya mengingatkan bahwa Tuhanlah empunya bumi dan segala isinya. Kita sebagai manusia diberi amanah untuk menjaga dan merawatnya dengan penuh rasa hormat. "Pesan ini menguatkan kesadaran kolektif untuk melestarikan alam sekaligus menjaga harmoni sosial," terang dia.

Undhuh-undhuh bukan hanya ritual keagamaan, tapi juga perayaan kearifan lokal yang mengedepankan gotong royong dan solidaritas. Dalam kegiatan bazar yang digelar setelah ibadah, hasil bumi yang terkumpul dijual kembali, memperkuat ekonomi komunitas sekaligus menjaga kehangatan hubungan sosial.

Keberagaman juga tampak jelas dalam kehadiran berbagai tokoh masyarakat lintas agama dan pemerintahan, termasuk dari pondok pesantren dan aparat keamanan. Mereka bersama-sama merayakan tradisi ini, menandakan betapa toleransi dan saling menghargai menjadi pondasi kuat kehidupan masyarakat Tunjungrejo.

Paiman, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Kab. Lumajang, mengapresiasi semangat warga. Ia berharap Undhuh-undhuh tidak hanya menjadi ajang syukur, tapi juga identitas budaya yang mengangkat Lumajang sebagai destinasi wisata yang menghormati kearifan lokal dan keberagaman.

“Kita harus menjaga tradisi ini agar anak cucu kita tidak kehilangan akar budaya dan nilai-nilai toleransi yang telah lama terpatri,” ujarnya di sela acara tersebut, Minggu pagi (18/5/2025).

Warga seperti Sari, seorang ibu rumah tangga, mengaku bahwa Undhuh-undhuh mengajarkan pentingnya rasa syukur sekaligus menghormati sesama. “Di sini kami belajar untuk saling menghargai dan bekerja bersama, tanpa memandang perbedaan,” katanya.

Sementara itu, suasana pelepasan burung merpati di akhir acara menjadi simbol perdamaian dan harapan. Tradisi sederhana ini merefleksikan keinginan masyarakat untuk hidup harmonis dan menjaga bumi sebagai titipan generasi mendatang.

Darmo Swasono, Ketua Panitia, menegaskan bahwa meski kegiatan ini masih sederhana, nilai yang terkandung sangat besar. “Undhuh-undhuh adalah cermin kearifan lokal yang mengajarkan kita syukur, kerja keras, dan toleransi antar sesama,” ujarnya.

Semangat itu makin terasa kuat ketika para penatua dan diaken gereja bersama-sama dengan tokoh agama lain serta aparat desa mengawasi dan mendukung jalannya acara. Kolaborasi ini menjadi contoh nyata bagaimana keberagaman dapat hidup berdampingan dengan damai.

Dengan keindahan budaya dan nilai-nilai kemanusiaan yang terjalin dalam Undhuh-undhuh, tradisi ini bukan hanya milik komunitas GKJW Tunjungrejo, melainkan milik seluruh masyarakat Lumajang yang berkomitmen melestarikan warisan leluhur.

Di tengah derasnya arus modernisasi, Undhuh-undhuh menjadi pengingat abadi bahwa hidup selaras dengan alam dan sesama adalah kunci kebahagiaan dan keberlanjutan. Tradisi ini mengajak kita semua untuk merawat bukan hanya tanah dan hasil panen, tetapi juga toleransi dan kearifan lokal yang menjadi fondasi bangsa. (MC Kab. Lumajang/Yons/An-m)


Sumber : https://portalberita.lumajangkab.go.id/main/baca/aXKFfpRw

Baca Artikel Lainnya :

  1. Guru Harus Adaptif di Era Digital, Pesan Tegas Bupati Lumajang di Hardiknas 2025
  2. Dukungan Emosional dan Sosial Jadi Pilar Utama Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus
  3. Teknologi Maju, PKK Lumajang Ditekankan Jadi Pelindung Keluarga dari Konten Negatif
  4. IDI dan Pemkab Lumajang Sepakat Perkuat Akses Kesehatan Berkeadilan
  5. Kiat Lumajang Mengangkat Potensi Hortikultura Durian Montong di Wilayah Pegunungan
  6. Kejadian Atap Runtuh di Sekolah Dasar di Lumajang Diduga Akibat Usia yang Tua
  7. Sinergi Literasi Agama dan Pemberdayaan Pertanian untuk Mewujudkan Harmoni Antarumat Beragama
  8. Transformasi dari Keterpurukan Menuju Harapan: Kerja Sama Rehabilitasi Semeru dengan Komunitas Setempat
  9. Kolaborasi dengan Rider Legendaris untuk Video Teaser Event BAJA #1 di Lumajang
  10. Ranu Kumbolo Siap Disambangi Setelah Pembukaan Gunung Semeru
  11. Tes
  12. Tes
  13. Nama sama pass sdh sama spt sebelum nya
  14. Mas Abdi.....
  15. Masih belum bisa


View all comments

Write a comment

Kanan - Iklan Sidebar